Moch.Sugiarto,PhD dan Almira Yoshe Alodia,S,I.Kom
Sudah empat bulan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merubah tatanan sosial ekonomi masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Kesadisan COVID-19 telah menghasilkan berbagai larangan diantaranya larangan berkerumun dan dalam keramaian, larangan bepergian, dan larangan wisata. Berbagai larangan tersebut secara sosial telah merubah pola interaksi manusia (masyarakat). Selanjutnya berbagai larangan tersebut berdampak pada penurunan konsumsi masyarakat sehingga mengganggu proses produksi.
Angan-angan dan harapan selesainya wabah COVID-19 perlu disertai keinginan baru tentang ketahanan masyarakat di masa yang akan datang. International webseminar yang menghadirkan pembicara dari beberapa negara Asia (Thailand, Vietnam, Bhutan, Philippines, Timor Leste, dan Indonesia) menyoroti upaya-upaya strategis membangun masyarakat pedesaan ke depan.
Dr. Han Quang Hanh (Vietnam) memberikan insight pentingnya menguatkan produksi ternak lokal yang dipelihara dengan skala usaha terbatas. Masyarakat pedesaan di Vietnam yang berbasis pada peternakan tetap me-maintain usaha peternakan walaupun tidak dilakukan secara komersial. Ternak lokal dan yang dipelihara masyarakat pedesaan telah memberikan multiplier effect yang sangat signifikan untuk pembangunan ekonomi keluarga. Keluarga keluarga tersebut mampu bertahan (survive) secara ekonomi dari serangan COVID-19. Hal tersebut dikarenakan memelihara ternak merupakan budaya (cara hidup) dan terbukti mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
Doktor Hanh juga berpendapat bahwa pengembangan sistem produksi tanaman pangan, perikanan, dan peternakan yang terintegerasi dianggap menjadi metode yang lebih mampu menguatkan ketahanan pangan keluarga, sebab masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan sumber daya lokal yang mereka miliki secara maksimal. Sumberdaya lokal yang dimiliki dapat menghasilkan produk yang lebih bervariasi dan tentunya lebih bersahabat dengan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya lokal yang dimiliki ini dapat didukung dengan lebih mengembangkan teknologi yang sudah ada dan membuat sistem peternakan yang sesuai dengan sumberdaya lokal.
Keluarga di wilayah pedesaan yang memiliki diversifikasi usaha selain pertanian tanaman pangan dalam pola integrasi peternakan-perikanan dan tanaman pangan mampu mempertahankan diri secara ekonomi di tengah pandemic corona. Masyarakat akan mampu lebih bertahan dan lebih kokoh secara ekonomi bilamana memiliki usaha tani yang lebih terdiversifikasi.
Dil Maya Rai,MSc (Bhutan) memberikan gambaran bahwa Bhutan merupakan negara kecil yang pendapatan negaranya sebagian besar dari gas alam dan wisata. Namun di tengah pandemi seperti ini, pendapatan negara turun salah satunya karena penjualan wisata dan gas alam yang menurun. Meski demikian, negara yang berbentuk kerajaan demokratik tersebut tetap fokus dalam mendukung masyarakat untuk bertahan dari serangan COVID-19. Kunci utama perlindungan masyarakat adalah kepemimpinan negara yang kuat. Selain itu, ketersediaan sumberdaya manusia yang profesional di kabinet pemerintahan mendorong upaya upaya sistematis mengatasi COVID-19 dilakukan secara professional juga. Dalam situasi genting, masyarakat dan pemerintah perlu memiliki kebersamaan, karena hal tersebut merupakan modal sosial yang penting untuk membangun negara dan masyarakat. Rasa empati, solidaritas, dan respect harus terus dibangun dan dikuatkan setelah wabah COVID-19 untuk menghasilkan masyarakat yang lebih kokoh. Nilai-nilai penting tersebut tidak boleh pudar dalam membangun ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat.
Dr. John Perez (Philippines) menegaskan bahwa penguatan masyarakat setelah wabah COVID-19 harus dilakukan secara sistematis dan prudent. Arah pembangunan masyarakat ke depan perlu disesuaikan dengan identifikasi kebutuhan masyarakat setelah pandemi corona. Hal tersebut penting dilakukan untuk mengurangi inefisiensi anggaran pembangunan dan meningkatkan efektifitas rencana pembangunan masyarakat. Recovery masyarakat harus dilakukan dengan data yang valid dan terukur, dan diharapkan tidak muncul rencana pembangunan masyarakat yang tidak sesuai kebutuhan dan karakter masyarakat. Dr.John Perez mengintroduksi pentingnya menggunakan metode Post Disaster Need Assessment (PDNA) untuk memberikan arah dan strategi recovery masyarakat setelah wabah COVID-19.
Melalui metode PDNA ini, bisa didapatkan data valid dan terukur dengan melakukan evaluasi terhadap dampak yang disebabkan oleh suatu bencana, atau dalam hal ini adalah pandemi COVID-19 terhadap semua sektor seperti sektor sosial, infrastruktur, ekonomi, lingkungan, dan sektor lainnya. Dengan melalui proses evaluasi ini akan didapatkan gambaran mengenai kebutuhan rekonstruksi dan recovery maskarakat akibat pandemi ini. Metode ini juga menyediakan dasar untuk memobilisasi sumber daya untuk pemulihan dan rekonstruksi melalui sumberdaya lokal, nasional, maupun internasional.
Dr. Watchara Laenoi (Thailand) menjelaskan bahwa Thailand merupakan negara yang berkembang, salah satunya dengan keberadaan sektor agrikultur. Sektor agrikultur ini membantu negara ini untuk berkembang dan menjadi negara yang cerdas. Dengan kondisi ini, doktor Laenoi mengintroduksi perubahan model bisnis yang harus dilakukan masyarakat pedesaan yang sebagian besar adalah petani. Petani skala kecil dalam arti umum harus mampu mengadopsi cara-cara baru dalam mengakses pasar yang lebih luas. Cara-cara baru tersebut diantaranya dengan mengembangkan sektor pertanian tradisional menjadi pertanian cerdas, merubah usaha-usaha tradisional kecil dan menengah menjadi perusahaan besar seperti Start Up, serta meningkatkan pelayanan tradisional menjadi pelayanan dengan nilai yang lebih tinggi.
Doktor Laenoi juga menjelaskan mengenai pentingnya konsep “Young Smart Farmer” sebagai masa depan pembangunan pedesaan. Munculnya petani-petani muda dan cerdas diharapkan mampu meningkatkan dinamika ekonomi masyarakat pedesaan. Mahasiswa memiliki peran penting untuk menggelorakan kewirausahaan berbasis pertanian di pedesaan setelah wabah COVID-19. Kepemilikan pengetahuan, hard dan soft-skill, inovasi, mahasiswa mampu lebih berperan dalam memperkuat masyarakat menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
Natalino Babo Martin,MSc (Timor Leste) menggambarkan pertanian di Timor Leste belum memberikan kontribusi GDP yang signifikan. Masyarakat masih banyak yang menyandarkan kehidupan ekonominya pada sector pertanian, namun permasalahan produktifitas lahan, degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan kepemilikan lahan menjadi penghambat untuk mendorong sector pertanian tumbuh lebih kuat. Peningkatan kapasitas sistem pertanian menjadi hal penting untuk menguatkan masyarakat pada masa masa setelah pandemic corona. Peningkatkan teknologi, sumberdaya manusia, infrastruktur dan kebijakan pemerintah diyakini dapat meningkatkan daya tahan dan daya saing masyarakat di masa masa yang akan datang.
Dr.Moch.Sugiarto (Indonesia) memberikan insight bahwa esensi masyarakat adalah relationship. Ketiadaan hubungan/interaksi antar anggota masyarakat akan mengaburkan makna masyarakat. Demikian halnya pada konteks kelompok peternak, interaksi dan relationship menjadi esensi perkumpulan antara lebih dari dua manusia untuk mencapai tujuan bersama. Komunikasi menjadi hal strategis dalam memperkuat interaksi antar anggota masyarakat yang selama masa pandemic corona agar terhambat karena social distancing. Kehadiran modal sosial di tengah masyarakat harus dibangun dan diperkuat untuk meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi. Masyarakat yang kuat setelah pandemi corona akan mampu diwujudkan apabila modal sosial selalu dipertahankan dan ditingkatkan. Namun demikian salah satu aspek modal sosial yang sangat perlu dicermati adalah trust (saling percaya) antar anggota masyarakat. Selama riset yang dilakukan di kelompok peternak sebagai bagian masyarakat pedesaan, skor terendah dalam komponen modal sosial adalah aspek saling percaya (trust) antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinan yang kuat di masyarakat ataupun kelompok peternak sangat diharapkan hadir untuk meningkatkan trust khususnya dan modal social pada umumnya untuk mengkonfigurasi masyarakat yang lebih kuat secara sosial dan ekonomi.
Dr. Siwi Gayatri (Indonesia) menyatakan isu keberlanjutan sangat relevan dalam pembangunan masyakarat setelah wabah COVID-19 usai. Mewujudkan keberlanjutan masyarakat dapat dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan ketiga aspek sustainability yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masyarakat harus diarahkan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang secara sosial mampu menumbuhkan kesetaraan, secara ekonomi layak dan menguntungkan, serta secara lingkungan mampu mempertahankan keseimbangan kondisi lingkungan. Keberlanjutan masyarakat pun harus ditopang oleh keberadaan bisnis yang layak dan menguntungkan, ketersediaan atmosfer sosial yang menjamin kesetaraan dan ketersediaan lingkungan yang ramah. Oleh karena itu, membangun dan memperkuat masyarakat khususnya pedesaan harus memperhatikan locally available resources, local skill dan local knowledge.
Overall Summary
Wilayah pedesaan yang selama masa wabah COVID-19 menjadi buffer akibat PHK yang berlebihan di wilayah perkotaan cukup mengalami perubahan pola interaksi. Beberapa gerusan dan kikisan nilai sosial perlu diperkuat melalui social capital dan social network. Terdampaknya ekonomi masyarakat perlu untuk kembali menengok potensi sumberdaya lokal. Kegiatan ekonomi lokal seperti peternakan, pertanian dan perikanan terbukti mampu menahan gempuran ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 di pedesaan. Penguatan kembali nilai nilai sosial dan kegiatan ekonomi lokal di masyarakat pedesaan khususnya diyakini akan mampu mengembalikan esensi bermasyarakat, menguatkan masyarakat untuk memiliki daya tahan (resistance) terhadap wabah dan bencana. Kemampuan mewujudkan masyarakat yang memiliki daya tahan sangat berdampak pada meningkatkan kekuatan (power) yang dimiliki masyarakat. Pada tinjauan Symbolic Interactionism, wabah ini mengingatkan kembali nilai nilai solidaritas, membangun kebersamaan yang merupakan nilai penting membangun masyarakat masa depan yang lebih kuat dan bermartabat.