“Bermimpi” bertemu dengan program studi yang unggul dalam mengawal pembangunan pedesaan

Moch.Sugiarto,PhD

Dosen Program Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED

Bermimpi (dream) merupakan keadaan saat melihat (mengalami) atau merasakan sesuatu dalam mimpi. Sesuatu yang mungkin/tidak mungkin dicapai, tergantung dari banyak hal. Namun demikian mimpi itu penting untuk menaikkan ghiroh perjuangan dalam mewujudkannya. Mimpi juga hadir untuk memberikan arah kemana harus melangkah dan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan. Menjadi sangat naif dan merugi kalau kita ataupun organisasi tidak memiliki mimpi sehingga yang ada hanyalah melakukan sesuatu yang terpikir saat itu saja. Hal tersebut menjadikan organisasi/unit kerja menjadi sangat kecil karena tidak mampu berpikir dan bermimpi memiliki sesuatu yang luar biasa dimasa yang akan datang. Organisasi itu hanya berpikir saat itu atau malah tidak berpikir sama sekali serta hanya menggunjingkan organisasi lain tanpa melakukan apa apa. Mari kita berkomitmen membangun organisasi yang memiliki mimpi besar dan terukur di masa yang akan datang sehingga mampu membawa semua elemen organisasi pada tujuan yang sama, tujuan yang jelas, dan penuh harapan. Organisasi yang berjalan tanpa tujuan dan harapan hanya akan melahirkan manusia manusia yang frustasi (frustated people).

Program studi Magister Penyuluhan Pertanian (MPP) yang dimulai tahun 2017 memiliki komitmen kuat untuk menjadi program studi yang unggul dalam menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu mengembangkan riset serta karya inovatif di bidang penyuluhan pertanian/pemberdayaan masyarakat pedesaan berbasis kearifan lokal pada tingkat internasional tahun 2034.  Unggul memiliki makna mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan program studi lain pada bidang yang sama. Keunggulan program studi MPP diharapkan pada kualitas lulusan dengan karakter yang mampu menyelesaikan masalah dengan cara dan teknik yang berbeda. Selain itu, keunggulan lulusan juga pada aspek kapasitas melakukan riset dan mendiseminasi hasil riset. Selain itu, lulusan memiliki kemampuan dalam menghasilkan karya inovatif di bidang penyuluhan yang dapat diterapkan di masyarakat, industri, dan organisasi pemerintah/swasta.

Mengelola program studi secara profesional untuk menjadi unggul adalah tantangan strategis yang membutuhkan manajer dan pemimpin yang tangguh, berkomitmen, kolaboratif dan partisipatif, futuristik, serta fleksibel. Pada milestone 1 (awal) program studi MPP menjadikan penguatan lembaga sebagai fokus utama pada program pengembangan program studi 2017-2021. Tantangan dan isu isu strategis perlu diidentifikasi dan dianalisis untuk terus mengupdate terobosan terobosan dalam menjalan rencana pengembangan program studi. Isu isu strategis tersebut adalah :

  1. Perubahan teknologi (disruptive innovation) yang berpengaruh terhadap
    perubahan perilaku masyarakat dan manusia secara umum pada aspek
    teknis, sosial dan ekonomi sehingga program studi harus secara tepat dan
    efektif merespon perubahan tersebu.
  2. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan lulusan magister yang berkualitas, kompeten, dan mampu menghadirkan inovasi dan solusi dalam mengatasi permasalahan masyarakat yang semakin kompleks.
  3. Perubahan lingkungan pendidikan, makin banyaknya program studi magister baru dan dalam waktu dekat juga akan bermunculan lembaga pendidikan tinggi luar negeri yang menawarkan jasanya di Indonesia. Hal ini menuntut
    program studi harus mampu terus menerus meningkatkan kualitas agar
    mampu bersaing.
  4. Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendasar perlu dikejar
    dan dikuasai serta dimanfaatkan baik untuk kepentingan pendidikan dan
    pengajaran, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat.
  5. COVID 19 mendorong perubahan perubahan perilaku proses belajar dan menuntut munculnya inovasi agar program studi terus mampu beradaptasi dengan situasi baru

Terkait dengan kondisi tersebut, Program Studi Magister Penyuluhan Pertanian (MPP) Unsoed fokus pada 8 (delapan) tema pengembangan yaitu : (1) popularitas dan citra program studi; (2) kualitas output akademik; (3) publikasi ilmiah; (4) budaya kerja dan budaya akademik; (5) kualitas sumber daya manusia; (6) organisasi dan manajemen;(7) sistem informasi manajemen; dan (8) kerja sama, aliansi strategis dan jaringan akademik.

Untuk mewujudkan visi program studi, ditetapkan prioritas pengembangan Program Studi Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED pada Milestone I (2017-2021) sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas promosi
b. Peningkatan mutu pembelajaran
c. Peningkatan produktifitas dosen dalam publikasi ilmiah
d. Pengembangan kerjasama
e. Penguatan kelembagaan program studi yang efisien dan produktif
f.  Pengembangan kualitas SDM

Berhentikah sampai dokumen perencanaan? Program studi MPP tidak hanya berhenti dengan memiliki dokumen perencanaan, namun terus bergerak dengan rangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis. Pentahapan kegiatan dan targat output untuk terus dimonitor oleh pengelola program studi. Bolehkah terjadi penyesuai di pertengahan perjalanan dalam implementasi rencana pengembangan? Sangat dimungkin program studi MPP melakukan inovasi dan terobosan kegiatan untuk beradaptasi dengan perubahan perubahan eksternal yang berlangsung cepat. Disinilah peran manajer, pemimpin, koord program studi untuk selalu update dengan perubahan eksternal, menganalisis perubahan tersebut, dan segera melakukan terobosan untuk antisipasi. Kuncinya, program studi harus memiliki arah yang jelas, rencana pengembangan jelas dan dilaksanakan, keterlibatan para dosen dan mahasiswa untuk membangun bersama program studi. Again, kepemimpinan dalam program studi menjadi hal elementer yang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan semua sumberdaya.

Bermimpi menjadi bagian dari program studi yang unggul bukan hal yang msutahil. Kepemimpinan yang terus diperkuat dalam program studi niscaya akan membawa arah pengembangan menjadi sangat jelas dan terarah. Program MPP diyakini mampu menjadi bagian penting dalam interaksi akademik dan ilmuwan penyuluhan pertanian di Indonesia dan global. Regenerasi dalam pengelolaan program studi akan selalu terjadi secara periodik dan pasti. Namun demikian api perjuangan untuk bermimpi mewujudkan program studi yang unggul terus menjadi penyemangat dalam perjuangan. Siapapun generasi berikutnya yang menempati kursi kepemimpinan program studi, saat itu juga harus siap meneruskan dan menguatkan kemajuan program studi. Maju terus pantang menyerah……..

Program Studi Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED

#Knowledge, Innovation, Changes#

Mengantisipasi Runtuhnya Kelompok Peternak (Pendekatan Tuckman Model)

Oleh : Moch.Sugiarto,PhD

Dosen Program Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED

Peternak merupakan aktor penting dalam proses perubahan tersebut sehingga segala upaya peningkatan kapasitas individu dan sosial selalu ditingkatkan. Peningkatan kapasitas individu peternak membutuhkan media, sarana, dan atmosfer belajar yang memadai. Kondisi yang sangat memadai akan dapat mengakselerasi peternak untuk mendapatkan perubahan dari sebelum belajar dan setelah belajar. Teori pembelajaran behaviorism (Taylor and MacKenney, 2008) memberikan arahan bahwa proses belajar harus mampu merubah kepribadian dan perilaku masyarakat yang sedang belajar.

Kelompok peternak menjadi element penting dalam pembangunan peternakan khususnya dalam peningkatan kapasitas sumberdaya peternak. Sekumpulan peternak yang memiliki tujuan yang sama berkumpul berserikat dan bersatu melakukan upaya upaya konkret dan sistematis untuk mencapai tujuan bersama merupakan sarana sosial yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Kelompok peternak secara ideal diyakini dapat menjadi jawaban dari kelemahan kelemahan peternak rakyat tersebut. Kelompok peternak memiliki banyak peran seperti dinyatakan (Tolno et al., 2015), bahwa keterlibatan peternak menjadi anggota kelompok peternak dapat meningkatkan kondisi kehidupan peternak yang beradasa dalam keterbatasan asset. Namun demikian, tidak semua kelompok peternak berada pada situasi ideal yang salah satunya dapat diamati dari variasi dinamika kelompok.

Terciptanya kelompok yang dinamis akan menghadirkan saling hormat, saling menghargai antar anggota, saling komunikasi yang efektif sehingga memudahkan anggota dalam bertukar fikiran. Menurut (Malini and Wulandari, 2020) kelompok yang dinamis dapat mendorong terwujudnya petani yang berdaya dengan ditandai meningkatnya partisipasi dalam proses agribisnis. Kelompok peternak yang dinamis cenderung menghasilkan sumberdaya manusia yang lebih berpotensi dibandingkan kelompok yang rendah dinamikanya. Masalah berikutnya yang dapat muncul dari isu dinamika kelompok adalah keberlanjutan kelompok peternak (group sustainability). Rendahnya dinamika kelompok peternak merupakan ancaman yang serius terhadap keberlanjutan kelompok. Ketiadaan kelompok peternak akan menjadi berbahaya pada kemampuan teknis dan manajerial peternak dalam budidaya sapi potong ataupun komoditi peternakan lainnya. Impact dari kondisi tersebut adalah sulitnya mewujudkan swasembada daging dan ketahanan pangan lokal, regional maupun nasional. Terkait hal tersebut, menjadi sangat signifikan untuk mengkaji upaya upaya strategis dalam mengendalikan runtuhnya kelompok peternak di komoditi sapi potong maupun usaha peternakan lainnya.

Mungkinkah Kelompok Peternak Runtuh?

Kemunduran suatu kelompok atau bahkan berhentinya operasioan dan fungsi kelompok sampai pada level keruntuhan merupakan siklus sosial yang harus dilalui suatu kelompok. Kemunduran fungsi kelompok peternak di awali oleh tidak tersedianya atmosfer yang kondusif bagi anggotanya untuk melakukan perbaikan perbaikan usaha budidaya dan pemasaran. Selanjutnya anggota merasa tidak mendapatkan manfaat yang signifikan dari keberadaannya sebagai anggota kelompok. Kondisi yang demikian apabila dibiarkan berlarut larut akan menyebabkan kelompok peternak kehilangan marwahnya dan selanjutnya ditinggalkan anggotanya. Pada akhirnya keruntuhan kelompok peternak merupakan hal yang pasti terjadi.

Kelompok peternak sejatinya akan mengalami keruntuhan dah kehilangan fungsinya secara alamiah. Oleh karena itu diperlukan rekayasa sosial agar kelompok peternak dan kelembagaannya tetap bertahan dalam menghadapi perubahan situasi dan tantangan eksternal berupa teknologi, pasar, dan isu isu lingkungan. Kelompok peternak yang merupakan kumpulan manusia manusia peternak dengan tujuan yang sama memiliki kemungkinan besar untuk runtuh yang disebabkan beberapa hal seperti (1) kurang jelasnya arah tujuan kelompok dan anggota tidak memahaminya, (2) kurangnya interaksi antar anggota atau anggota dengan pengurus sehingga masing masing pihak merasa diabaikan, (3) tidak adanya support/dukungan dari kelompok untuk kepentingan pribadi peternak, dan (4) terabaikannya aturan aturan kelompok oleh para anggota. Beberapa hal tersebut telah menjadi fakta pendorong terjadinya disfungsi organisasi kelompok peternak. Menurut (Acemoglu, 2015) kelompok masyarakat (negara) gagal disebabkan tidak adanya interaksi yang bai kantar warganya, keterabaian negara kepada warganya dan berbagai upaya untuk menjauh dari negara. Hal tersebut diperkuat (Robbins et al., 2013) yang menyatakan bahwa gagalnya suatu organisasi/kelompok ditandai dengan tidak tertunjangnya kebutuhan organisasi yang menyebabkan tidak tercapainya suatu tujuan, inkompetensi secara teknologi, tidak memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas, tidak terdapatnya aturan organisasi, tidak terdapatnya anggota yang profesional, dan tidak adanya insentif di organisasi.

Model Tuckman” dalam Pengembangan Kelompok

 Kelompok peternak merupakan system kehidupan dalam organisasi kecil yang anggotanya saling berinteraksi, saling menghormati dengan tujuan yang sama, memiliki sense yang sama, serta saling memberi dan menerima. Kondisi yang demikian sangat ideal dan dapat mendorong kelompok peternak semakin kuat yang pada akhirnya anggota kelompok mendapatkan banyak manfaat. Terdistribusinya manfaat ke semua anggota secara equal dan proporsional akan menyebabkan anggota loyal kepada kelompok peternak.

Namun demikian, tidak semua kelompok memiliki tingkat dinamika kelompok yang sama sehingga perkembangan kelompok juga menggambarkan variasi yang nyata antar kelompok. Bruce W. Tuckman seorang psychologist pendidikan dan peneliti menyatakan dalam karyanya yang berjudul Developmental Sequence in Small Groups tentang hubungan interpersonal dan aktifitas tugas dalam pengembangan organisasi. Model Tuckman yang lebih dikenal dengan four phases group development model terdiri dari “forming, storming, norming, and performing”. Model Tuckman dalam pengembangan kelompok merupakan tahapan sistematis (runut) untuk memperkuat kelompok peternak sehingga semakin dinamis. Dinamika kelompok akan menyebabkan para anggota kelompok peternak tidak merasa hidup sendiri dalam memperbaiki status hidupnya. Peternak anggota kelompok mendapatkan pembagian tugas yang jelas sehingga mudah dalam melaksanakan pekerjaannya. Iklim demokratis sangat perlu di dorong terus dalam kelompok sehingga para anggota mudah mendapatkan akses informasi dan mudah berpartisipasi dalam kegiatan kelompok mulai perencanaan sampai evaluasi program. Model Tuckman dalam mengendalikan keruntuhan kelompok peternak dan menjaga keberlanjutan kelompok peternak dapat tergambar dalam skema sebagai berikut:

Model Tuckman sangat relevan untuk digunakan dalam memperkuat organisasi/kelembagaan kelompok peternak agar memperoleh/memiliki dinamika kelompok yang semakin meningkat.  Fase pengembangan kelompok (forming, storming, norming, dan performing) menjadi penting untuk diperhatikan agar kelompok secara nyata tumbuh dan berkembang sangat kuat. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar fase fase perkembangan kelompok menjadi sangat efektif berdasarkan Tuckman Model adalah :

Transformasi dari fase forming ke storming

  1. Menentukan visi dan tujuan serta program kelompok yang jelas dan terukur
  2. Diperlukan visionary leadership untuk membawa kelompok pada tujuan akhir yang tepat
  3. Membangun rasa percaya antara anggota kelompok
  4. Membawa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas

Transformasi dari fase storming ke norming

  1. Memperkuat peran pemimpin untuk memfasilitasi kelompok untuk menjadi pemenang, mewujudkan atmosfer yang positif, dan memperkuat perilaku anggota dalam berorganisasi
  2. Pemimpin harus mampu menentukan target kinerja anggota dan mendistribusikan peran serta tanggung jawab anggota
  3. Pemimpin harus dapat membangun rasa percaya dengan mengeksplorasi komitmen anggota kelompok peternak
  4. Para anggota harus mampu saling mendengar dan saling menginformasikan

Transformasi dari fase norming ke performing

  1. Mendistribusikan peran kepemimpinan kepada para anggota dan tim dalam kelompok untuk melakukan peran terbaik dalam mencapai tujuan kelompok peternak
  2. Mendistribusikan/membagi tanggung jawab
  3. Mempertahankan tradisi dan budaya organisasi kelompok peternak yang telah disepakati

Keberlanjutan kelompok peternak tidak dapat dielakkan akan menjadi isu penting dimasa sekarang dan yang akan datang. Keruntuhan kelompok peternak menjadi ancaman yang serius sebagai dampak dari perubahan eksternal dan perubahan budaya peternak. Pengembangan organisasi kelompok peternak yang focus pada struktur organisasi kelompok dan kapasitas sumberdaya manusia anggota kelompok menjadi salah satu kunci utama menahan keruntuhan organisasi kelompok peternak. Pendekatan Tuckman Model (forming, storming, norming, dan performing) dalam pengembangan organisasi kelompok menjadi model yang efektif dilakukan untuk mewujudkan keberlanjutan kelompok.

Daftar Pustaka

Acemoglu, D. 2015. Why Nations Fail? Pak. Dev. Rev. 54:301–312.

Robbins, D., C. Anderson, S. P. Robbins, D. A. Decenzo, M. Coulter, and I. Anderson. 2013. Fundamentals of Management, 7. Pearson Canada Inc, New Jersey, USA.

Taylor, G. R., and L. MacKenney. 2008. Improving Human Learning in the Classroom: Theories and Teaching Practices. Available from: https://books.google.com/books?id=ZzgfETGbVZEC&pgis=1

Tolno, E., H. Kobayashi, M. Ichizen, M. Esham, and B. S. Balde. 2015. Economic Analysis of the Role of Farmer Organizations in Enhancing Smallholder Potato Farmers’ Income in Middle Guinea. J. Agric. Sci. 7:123–137. doi:10.5539/jas.v7n3p123.

Program Studi Kuat, Alumni Bermartabat

Moch.Sugiarto,PhD

Dosen Program Magister Penyuluhan Pertanian, UNSOED

Bersama berlari mewujudkan mimpi. Kata kata tersebut selalu memotivasi dalam membangun suatu organisasi dan unit kerja. Organisasi/unit kerja adalah kumpulan seluruh sumberdaya yang dikelola/dikoordinasikan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Tujuan unit kerja/organisasi adalah tujuan bersama bukan tujuan individu pemimpinnya. Kepemilikan bersama suatu tujuan menjadi daya ungkit yang signifikan untuk mengakselerasi pencapaian visi unit kerja/organisasi. Tentunya membutuhkan waktu untuk membangun kebersamaan, social chemistry antar sumberdaya, dan goal sharing antar anggota. Pemimpin memiliki peran yang sentral dalam membawa prasarat prasarat tersebut untuk mewujudkan unit kerja/organisasi yang solid dan berlari untuk mencapai perubahan.

Program studi seperti dalam Pasal 70 Permenristekdikti No 10/2016 tentang OTK Unsoed merupakan program yang mencakup kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum. Peran program studi sangat strategis dalam mengimplementasikan kurikulum sebagai basis proses pembelajaran dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Lulusan yang berkualitas ditunjukkan dengan penguasan yang sangat excellent dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai tujuan pendidikan di program studi. Mimpi besar untuk menjadikan program studi Magister Penyuluhan Pertanian yang kuat secara otentik dapat dilihat di rencana pengembangan program studi (akan diulas ditulisan berikutnya). Koordinator program studi siap untuk berkomitmen melaksanakan rencana pengembangan tersebut dan Pascasarjana beriringan berdampingan dalam mengawal pencapaian target target kinerja program studi. Paling bahaya, apabila institusi pascasarjana/ program studi tidak mau dan mampu menggunakan rencana strategis/rencana pengembangan untuk penguatan kelembagaan. Kondisi tersebut dapat menjadikan organisasi jalan ditempat (atau “yang penting jalan”).

Salah satu tantangan program studi baru adalah sustainbility of input yang berupa calon mahasiswa maupun pendanaan.  Upaya upaya keras dan cerdas harus terus dilakukan program studi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program studi dan upaya fasilitasi masyarakat untuk bergabung bersama program studi. Promosi jaman kuno sudah tidak lazim digunakan, sehingga digital promotion harus terus ditingkatkan dengn scope dan jaringan yang lebih luas. Penggunaan media sosial dengan lebih inovatif akan dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap program studi, selain adanya fasilitasi bantuan belajar/pendidikan.Selain itu, perluasan kerjasama dengan berbagai pihak akan dapat meningkatkan jangkauan program studi kepada masyarakat. Program studi bukan unit kerja yang memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan input yang masif dan selektif. Program Pascasarjana diharapkan dapat lebih banyak berperan/berkontribusi dalam mengarahkan program studi dalam meningkatkan efektfitas promosi dan pengembangan kerjasama. Hasil dari upaya upaya strategis tersebut selanjutnya ditangkap dan dikelola program studi melalui proses belajar yang berkualitas dan profesional. Sekali lagi, promosi untuk mahasiswa baru bukan prioritas dan wewenang utama program studi. Kerjasama yang mutualistik antara program studi dan Pascasarjana harus dimulai dengan beban /tanggung jawab di depan adalah dimiliki oleh Pascasarjana Unsoed.

Pada tahapan proses, Program studi yang harus bertanggung jawab mengelola input mahasiswa dan dana yang terkait proses pembelajaran. Program studi harus memiliki terobosan berpikir dan bertindak dalam menyelenggarakan proses belajar berbasis kurikulum secara profesional dan teradministrasi dengan baik. Isu isu strategis seperti digital learning, industrial based education, innovative learning, output based education, harus dihadapi dengan responsif oleh program studi. Berbagai terobosan baik dalam kurikulum, metode pembelajaran, maupun prasarana harus terus dirumuskan dan dijalankan agar mampu menghadirkan kelas/ruang belajar yang berkualitas menuju terwujudnya lulusan yang berdaya saing. Penggunaan media sosial, aplikasi learning online, google classroom, dll semakin diinovasikan untuk menghadirkan layanan akademik yang lebih memuaskan mahasiswa dan stakeholder lainnya.

Atmosfer akademik dan ekosistem ilmuwan harus juga menjadi perhatian program studi dan pascarsajana. Pascasarjana yang disupport oleh program studi harus dapa menciptakan atmosfer akademik dan ilmiah yang lebih kentara sehingga Pascasarjana Unsoed mampu menjadi kontributor penting karya ilmiah, inovasi yang diakui internasional atau dapat digunakan masyarakat. Mahasiswa yang cukup banyak dan para dosen hendaknya dapat dioptimalkan untuk menghasilkan karya karya ilmiah dengan salah satunya fasilitasi peningkatan SDM dosen dan mahasiswa pascasarjana. Kegiatan kegiatan akademik hendaknya difokuskan pada upaya upaya yang lebih konkret menghasilkan karya karya ilmiah dosen dan mahasiswa pascasarjana.

Pada tataran kerjasama, program studi dan Pascasarjana Unsoed hendaknya juga lebih meningkatkan jaringan kerjasama. Pascasarjana harus mampu tampil di depan dalam menginisiasi kerjasama yang melibatkan program studi. Pascasarjana tampil di depan dalam membuka dan mengembangkan kerjasama berbarengan dengan keterlibatan program studi. Program studi hendaknya tidak tampil di depan sendiri untuk mencari, menginisiasi, dan mengembangkan kerjasama. Peningkatan jumlah kerjasama akan menghadirkan pengakuan publik terhadap pascarsarjana dan program studi magister/doktor yang selanjutnya pascarsarjana Unsoed dapat tampil menjadi central dari perubahan perubahan akademik reginal/nasional/internasional.

Banyak lagi upaya upaya yang terus dan harus dilakukan institusi dalam membangun program studi yang kuat sehingga dihasilkan lulusan yang hebat dan bermartabat. Program studi Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED selalu siap membedah diri, mengevaluasi diri, dan merumuskan langkah langkah strategis menuju perubahan yang berdampak positif. Kontribusi masyarakat dan stakeholder juga dinantikan untuk menjadikan program studi ini menjadi lebih kuat. Kami akan lebih kuat dengan selalu dekat bersama masyarakat.

 

Program Studi S2 Berkontribusi dalam Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Unsoed

Oleh : Moch. Sugiarto,PhD

Dosen Program Magister Penyuluhan Pertanian,UNSOED

Transformasi pendidikan merupakan isu penting dalam menghadapi perubahan eksternal yang sangat cepat dan perubahan tuntutan masyarakat serta industri. Abad 21 menuntut perubahan komprehensif dan menyeluruh terutama peningkatan kualitas dalam segala hal seperti usaha dan hasil kerja manusia. Terkait dengan hal tersebut, Abad 21 menuntut tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas dari suatu proses sistematis dana berkualitas, oleh lembaga/unit kerja yang dikelola secara profesional untuk menghasilkan produk/output unggulan. Tuntutan-tuntutan yang semakin meningkat dan variatif tersebut menuntut manajer/pemimpin unit kerja untuk memiliki terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan.

Kehadiran Kepmendikbud No 754/P/2020 tentang Indikator Kinerja Utama PTN dan LLDikti di bawah Kemendikbud semakin mendorong terwujudkan perubahan bentuk pendidikan tinggi di Indonesia. Paradigma pembelajaran Abad 21 (Kepmendikbud) menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.  Seyogyanya perubahan paradigma ini harus dapat direspon positif oleh program studi dan pascasarjana Unsoed dengan langkah yang strategis, cerdas, dan terukur.

Berdasarkan Kepmendikbud 754/P/2020 Tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi Negeri dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 8 IKU yaitu

  1. Lulusan mendapat pekerjaan yang layak: Upah di atas UMR, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi.
  2. Mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus: Magang, proyek desa, mengajar, riset, berwirausaha, dan pertukaran pelajar.
  3. Dosen berkegiatan di luar kampus: Mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain.
  4. Praktisi mengajar di dalam kampus: Merekrut dosen dengan pengalaman industri.
  5. Hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat atau mendapat rekognisi Internasional: Hasil riset dan pengabdian yang dimanfaatkan.
  6. Program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia: dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan.
  7. Kelas yang kolaboratif dan partisipatif: Evaluasi berbasis proyek kelompok atau studi kasus.
  8. Program studi berstandar internasional: Memperoleh akreditasi tingkat internasional.

Program studi Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED harus menjadi bagian dan siap menjadi bagian dalam pencapaian IKU tersebut yang fokus pada IKU 3-7. IKU 1 dan IKU 2 terkait daya saing mahasiswa lebih difokuskan pada mahasiswa S1. Karakter mahasiswa, proses pendidikan, kurikukulum pada program S2 berbeda dengan pendidikan pada program S1 sehingga IKU 1 dan IKU 2 bukan menjadi sasaran utama pendidikan program magister. Namun demikian Prodi S2 dan Pascasarjana dapat berkontribusi dalam meningkatkan dosen Unsoed untuk beraktifitas diluar kampus (IKU 3) dan menghadirkan profesional atau praktisi (IKU 4) untuk memperkuat pembelajaran di beberapa mata kuliah S2. Kehadiran profesional/praktisi juga dapat dikaitkan dengan upaya peningkatkan jumlah mata kuliah yang menggunakan case method/project based team (IKU 7). Oleh karena itu program studi magister dan Pascasarjana Unsoed harus mampu secara berkelanjutan meningkatkan kerjasama dengan mitra kelas dunia (IKU 6). Ini tantangan besar dan cukup menantang. Pascasarjana harus terus berkomitmen dan membuat langkah konkret dalam mewujudkan kerjasama dengan mitra kelas dunia atau sebaliknya institusi ini akan tenggelam dalam hiruk pikuk interaksi akademik global. Pada IKU yang ke 5, Program studi dan Pascasarjana harus selalu berkomitmen mewujudkan dan menghadirkan ruang ruang/ekosistem akademik yang kondusif untuk melahirkan karya karya riset dan inovasi kelas dunia (sesuai visi Pascasarjana UNSOED). Program studi Magister Penyuluhan Pertanian juga siap untuk mempersiapkan para mahasiswa dalam menulis artikel artikel ilmiah dan temuan/inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan lembaga pemerintah/swasta. Pascasarjana segera dan segera untuk menghadirkan komitmen terukur dan ekosistem yang berkelanjutan dalam meningkatkan kapasitas dosen dan mahasiswa dalam menghasilkan karya dan inovasi  yang diakui internasional atau digunakan masyarakat.

Peran program studi sangat strategis untuk membantu Unsoed dalam mencapai indikator kinerja utama tersebut. Namun demikian, Pascasarjana Unsoed sebagai naungan akademik program studi perlu berlari cepat untuk bersama berlari dengan program studi dalam melakukan perbaikan perbaikan dan penguatan menuju transformasi pendidikan tinggi di Unsoed. Kerjasama, persatuan, kerja keras, kerja cerdas adalah salah satu kuncinya. Semoga Program Studi S2 Penyuluhan Pertanian semakin sukses, semakin berkontribusi, dan terus menjadi pengawal pembangunan pedesaan di Indonesia.  Maju Terus Pantang Menyerah.