Oleh : Moch.Sugiarto,PhD
Dosen Program Magister Penyuluhan Pertanian UNSOED
Peternak merupakan aktor penting dalam proses perubahan tersebut sehingga segala upaya peningkatan kapasitas individu dan sosial selalu ditingkatkan. Peningkatan kapasitas individu peternak membutuhkan media, sarana, dan atmosfer belajar yang memadai. Kondisi yang sangat memadai akan dapat mengakselerasi peternak untuk mendapatkan perubahan dari sebelum belajar dan setelah belajar. Teori pembelajaran behaviorism (Taylor and MacKenney, 2008) memberikan arahan bahwa proses belajar harus mampu merubah kepribadian dan perilaku masyarakat yang sedang belajar.
Kelompok peternak menjadi element penting dalam pembangunan peternakan khususnya dalam peningkatan kapasitas sumberdaya peternak. Sekumpulan peternak yang memiliki tujuan yang sama berkumpul berserikat dan bersatu melakukan upaya upaya konkret dan sistematis untuk mencapai tujuan bersama merupakan sarana sosial yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Kelompok peternak secara ideal diyakini dapat menjadi jawaban dari kelemahan kelemahan peternak rakyat tersebut. Kelompok peternak memiliki banyak peran seperti dinyatakan (Tolno et al., 2015), bahwa keterlibatan peternak menjadi anggota kelompok peternak dapat meningkatkan kondisi kehidupan peternak yang beradasa dalam keterbatasan asset. Namun demikian, tidak semua kelompok peternak berada pada situasi ideal yang salah satunya dapat diamati dari variasi dinamika kelompok.
Terciptanya kelompok yang dinamis akan menghadirkan saling hormat, saling menghargai antar anggota, saling komunikasi yang efektif sehingga memudahkan anggota dalam bertukar fikiran. Menurut (Malini and Wulandari, 2020) kelompok yang dinamis dapat mendorong terwujudnya petani yang berdaya dengan ditandai meningkatnya partisipasi dalam proses agribisnis. Kelompok peternak yang dinamis cenderung menghasilkan sumberdaya manusia yang lebih berpotensi dibandingkan kelompok yang rendah dinamikanya. Masalah berikutnya yang dapat muncul dari isu dinamika kelompok adalah keberlanjutan kelompok peternak (group sustainability). Rendahnya dinamika kelompok peternak merupakan ancaman yang serius terhadap keberlanjutan kelompok. Ketiadaan kelompok peternak akan menjadi berbahaya pada kemampuan teknis dan manajerial peternak dalam budidaya sapi potong ataupun komoditi peternakan lainnya. Impact dari kondisi tersebut adalah sulitnya mewujudkan swasembada daging dan ketahanan pangan lokal, regional maupun nasional. Terkait hal tersebut, menjadi sangat signifikan untuk mengkaji upaya upaya strategis dalam mengendalikan runtuhnya kelompok peternak di komoditi sapi potong maupun usaha peternakan lainnya.
Mungkinkah Kelompok Peternak Runtuh?
Kemunduran suatu kelompok atau bahkan berhentinya operasioan dan fungsi kelompok sampai pada level keruntuhan merupakan siklus sosial yang harus dilalui suatu kelompok. Kemunduran fungsi kelompok peternak di awali oleh tidak tersedianya atmosfer yang kondusif bagi anggotanya untuk melakukan perbaikan perbaikan usaha budidaya dan pemasaran. Selanjutnya anggota merasa tidak mendapatkan manfaat yang signifikan dari keberadaannya sebagai anggota kelompok. Kondisi yang demikian apabila dibiarkan berlarut larut akan menyebabkan kelompok peternak kehilangan marwahnya dan selanjutnya ditinggalkan anggotanya. Pada akhirnya keruntuhan kelompok peternak merupakan hal yang pasti terjadi.
Kelompok peternak sejatinya akan mengalami keruntuhan dah kehilangan fungsinya secara alamiah. Oleh karena itu diperlukan rekayasa sosial agar kelompok peternak dan kelembagaannya tetap bertahan dalam menghadapi perubahan situasi dan tantangan eksternal berupa teknologi, pasar, dan isu isu lingkungan. Kelompok peternak yang merupakan kumpulan manusia manusia peternak dengan tujuan yang sama memiliki kemungkinan besar untuk runtuh yang disebabkan beberapa hal seperti (1) kurang jelasnya arah tujuan kelompok dan anggota tidak memahaminya, (2) kurangnya interaksi antar anggota atau anggota dengan pengurus sehingga masing masing pihak merasa diabaikan, (3) tidak adanya support/dukungan dari kelompok untuk kepentingan pribadi peternak, dan (4) terabaikannya aturan aturan kelompok oleh para anggota. Beberapa hal tersebut telah menjadi fakta pendorong terjadinya disfungsi organisasi kelompok peternak. Menurut (Acemoglu, 2015) kelompok masyarakat (negara) gagal disebabkan tidak adanya interaksi yang bai kantar warganya, keterabaian negara kepada warganya dan berbagai upaya untuk menjauh dari negara. Hal tersebut diperkuat (Robbins et al., 2013) yang menyatakan bahwa gagalnya suatu organisasi/kelompok ditandai dengan tidak tertunjangnya kebutuhan organisasi yang menyebabkan tidak tercapainya suatu tujuan, inkompetensi secara teknologi, tidak memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas, tidak terdapatnya aturan organisasi, tidak terdapatnya anggota yang profesional, dan tidak adanya insentif di organisasi.
Model Tuckman” dalam Pengembangan Kelompok
Kelompok peternak merupakan system kehidupan dalam organisasi kecil yang anggotanya saling berinteraksi, saling menghormati dengan tujuan yang sama, memiliki sense yang sama, serta saling memberi dan menerima. Kondisi yang demikian sangat ideal dan dapat mendorong kelompok peternak semakin kuat yang pada akhirnya anggota kelompok mendapatkan banyak manfaat. Terdistribusinya manfaat ke semua anggota secara equal dan proporsional akan menyebabkan anggota loyal kepada kelompok peternak.
Namun demikian, tidak semua kelompok memiliki tingkat dinamika kelompok yang sama sehingga perkembangan kelompok juga menggambarkan variasi yang nyata antar kelompok. Bruce W. Tuckman seorang psychologist pendidikan dan peneliti menyatakan dalam karyanya yang berjudul Developmental Sequence in Small Groups tentang hubungan interpersonal dan aktifitas tugas dalam pengembangan organisasi. Model Tuckman yang lebih dikenal dengan four phases group development model terdiri dari “forming, storming, norming, and performing”. Model Tuckman dalam pengembangan kelompok merupakan tahapan sistematis (runut) untuk memperkuat kelompok peternak sehingga semakin dinamis. Dinamika kelompok akan menyebabkan para anggota kelompok peternak tidak merasa hidup sendiri dalam memperbaiki status hidupnya. Peternak anggota kelompok mendapatkan pembagian tugas yang jelas sehingga mudah dalam melaksanakan pekerjaannya. Iklim demokratis sangat perlu di dorong terus dalam kelompok sehingga para anggota mudah mendapatkan akses informasi dan mudah berpartisipasi dalam kegiatan kelompok mulai perencanaan sampai evaluasi program. Model Tuckman dalam mengendalikan keruntuhan kelompok peternak dan menjaga keberlanjutan kelompok peternak dapat tergambar dalam skema sebagai berikut:
Model Tuckman sangat relevan untuk digunakan dalam memperkuat organisasi/kelembagaan kelompok peternak agar memperoleh/memiliki dinamika kelompok yang semakin meningkat. Fase pengembangan kelompok (forming, storming, norming, dan performing) menjadi penting untuk diperhatikan agar kelompok secara nyata tumbuh dan berkembang sangat kuat. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar fase fase perkembangan kelompok menjadi sangat efektif berdasarkan Tuckman Model adalah :
Transformasi dari fase forming ke storming
- Menentukan visi dan tujuan serta program kelompok yang jelas dan terukur
- Diperlukan visionary leadership untuk membawa kelompok pada tujuan akhir yang tepat
- Membangun rasa percaya antara anggota kelompok
- Membawa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas
Transformasi dari fase storming ke norming
- Memperkuat peran pemimpin untuk memfasilitasi kelompok untuk menjadi pemenang, mewujudkan atmosfer yang positif, dan memperkuat perilaku anggota dalam berorganisasi
- Pemimpin harus mampu menentukan target kinerja anggota dan mendistribusikan peran serta tanggung jawab anggota
- Pemimpin harus dapat membangun rasa percaya dengan mengeksplorasi komitmen anggota kelompok peternak
- Para anggota harus mampu saling mendengar dan saling menginformasikan
Transformasi dari fase norming ke performing
- Mendistribusikan peran kepemimpinan kepada para anggota dan tim dalam kelompok untuk melakukan peran terbaik dalam mencapai tujuan kelompok peternak
- Mendistribusikan/membagi tanggung jawab
- Mempertahankan tradisi dan budaya organisasi kelompok peternak yang telah disepakati
Keberlanjutan kelompok peternak tidak dapat dielakkan akan menjadi isu penting dimasa sekarang dan yang akan datang. Keruntuhan kelompok peternak menjadi ancaman yang serius sebagai dampak dari perubahan eksternal dan perubahan budaya peternak. Pengembangan organisasi kelompok peternak yang focus pada struktur organisasi kelompok dan kapasitas sumberdaya manusia anggota kelompok menjadi salah satu kunci utama menahan keruntuhan organisasi kelompok peternak. Pendekatan Tuckman Model (forming, storming, norming, dan performing) dalam pengembangan organisasi kelompok menjadi model yang efektif dilakukan untuk mewujudkan keberlanjutan kelompok.
Daftar Pustaka
Acemoglu, D. 2015. Why Nations Fail? Pak. Dev. Rev. 54:301–312.
Robbins, D., C. Anderson, S. P. Robbins, D. A. Decenzo, M. Coulter, and I. Anderson. 2013. Fundamentals of Management, 7. Pearson Canada Inc, New Jersey, USA.
Taylor, G. R., and L. MacKenney. 2008. Improving Human Learning in the Classroom: Theories and Teaching Practices. Available from: https://books.google.com/books?id=ZzgfETGbVZEC&pgis=1
Tolno, E., H. Kobayashi, M. Ichizen, M. Esham, and B. S. Balde. 2015. Economic Analysis of the Role of Farmer Organizations in Enhancing Smallholder Potato Farmers’ Income in Middle Guinea. J. Agric. Sci. 7:123–137. doi:10.5539/jas.v7n3p123.