Bersiap Menuju Kompetisi di Era 4.0

Oleh : Solikhin (Mahasiswa S2 Penyuluhan Pertanian UNSOED, Konsentrasi Penyuluhan Pertanian)

Masyarakat  terus berkembang, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini juga dipengaruhi oleh hasil-hasil peneliatian yang oleh masyarakat itu sendiri, dalam perjalanannya masyarakat yang tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan teori teori pembangungan yang diungkap oleh Bury (1920) bahwa proses pembangunan akan membawa masyarakat meninggalkan situasi barbar, dengan kata lain masyarakat sedang menuju ke arah yang lebih maju. Kata ’barbar’ di sini sangat problematis karena Bury sebenarnya melihat masyarakat zaman dahulu dengan konteks saat ini.  Selian itu perkembangan masyarakat saat ini juga sesuai pendapat dari seorang filosof yunani yang lain, Robert Nisbet (1980), Nisbet berpendapat bahwa ide tentang kemajuan adalah proses linier dari kondisi primitif menuju pada tahap yang lebih baru. Proses ini terus berlangsung linier ke masa depan. Hingga saat ini yaitu yang disebut denga revolusi industri 4.0. Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011 (Wikipedia).

Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 sangatlah membantu masyarakat dalam melaksanakan kegiatan kesehariannya, di era revolusi industri 4.0 semuanya bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Semuanya bisa dikendalikan dengan internet dan bisa digerakkan dengan sentuhan jari (android), mulai dari perjalanan, pesan makanan, antar barang, bahkan pengolahan lahan sawahpun sekarang sudah bisa digerakkan dengan tanpa mengendarai traktornya. Selain itu dalam industri besar / pabrik di era revolusi industri 4.0 ini tidak banyak memerlukan tenaga masyarakat karena hampir semua pekerjaan bisa dikerjakan oleh robot yang bisa dikendaliakn menggunakan jaringan internet, hal ini berdampak pada banyaknya penyerapan tenaga kerja usia produksi di sektor industri.

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 masyarakat dituntut untuk inovatif dan kreatif dalam menggunakan teknologi, jangan sampai kita hanya menjadi penonton dalam revolusi industri 4.0. kita dituntut untuk terus mengembangkan diri, berinovasi dengan terus mencari informasi yang pada saat ini informasi sangat mudah dijangkau bahkan dengan sentuhan jari.

Kemajuan teknologi masa depan dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk terus berkembang akan tetapi kemajuan teknologi masa depan juga dapat menjadi ancaman bagi masyarakat masa depan. Masyarakat yang cepat beradaptasi dan dapat mengikuti perkembangan teknologi akan terus mendapatkan tempatnya seiring dengan perkembangan jaman, akan tetapi masyarakat yang engan atau tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi masa depan akan terpinggirkan.

Peluang masyarakat masyarakat masa depan seriing berkembangnya teknologi diantaranya :

  • Dalam hal perkembangan ekonomi, peluang masyakat untuk menjangkau pasar lebih luas, pasar tidak hanya dikuasai oleh pedagang besar karena pasar dapat dibuka secara online sehingga membuka peluang pembisnis baru bisa ikut bersaing dalam memasarkan dagangannya;
  • Dalam hal kemajuan teknologi, masyakat semakin dimudahkan seiiring berkembangnya teknologi, hal-hal yang sebelumnya mustahil dapat kita wujudkan, kita dapat menekan biaya tenaga kerja dengan memanfaatakan teknologi yang ada.
  • Dalam hal pendidikan, masyarakat dimanjakan dengan kemajuan internet yang dapat menyajikan berbagai macam informasi dari seluruh dunia, dan dapat memanfaatkan informasi tersebut.
  • Dalam hal polikik, masyarakat dimudahkan untuk mengakses informasi pemimpin atau dewan perwakilan yang mereka pilih, selain it para calon legislatif juga dapat dengan mudah mempromosikan dirinya melalui media online.
  • Dalam hal sosial, masyarakat dimudahkan untuk saling peduli, mendapatkan informasi siapa yang sedang membutuhkan bantuan dan siapa yang siap berdonasi melai media online.
  • Dalam hal budaya, masyarakat dapat dengan mudah mempromosikan budayanya dan mengadopsi budaya yang baik dari lain daerah dengan mendapatkan akses informasi dari internet.

Akan tetapi selain banyak peluang yang kita dapatkan di era revolusi indusri 4.0 tentunya kita tak lepas dari ancaman perkembangan teknologi diantaranya :

  • Mudahnya masayarakat yang tidak bertanggung jawab menyebarkan berita hoak yang tidak bisa dipertangung jawabkan, dan kadang masyarakat kita langsung percaya tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu,
  • Banyaknya pengangguran karena banyak pekerjaan yang sebelumya dilakukan oleh manusia digantikan oleh robot.
  • Timbulnya kesenjangan sosial, masyarakat yang suka pamer akan dengan mudah memamerkan kekayaan atau prestasinya melalui media internet, hal ini dapat menimbuklan perilaku kriminal bagi orang yang tidak suka terhadap hal tersebut.
  • Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya di Indonesia dengan mudah melalui media internet.

Berkembangnya teknologi yang semakin maju harus kita sikapi dengan bijak, selain kita harus mengikuti perkembangan teknologi, akan tetapi kita juga harus menggunakan teknologi tersebut dengan sebagaimana mestinya.

PERLU JEJARING UNTUK “PROBLEM SOLVING” PEMBANGUNAN PERTANIAN

oleh : Suherlan (Mahasiswa Program S2 Penyuluhan Pertanian Unsoed, Konsentrasi Penyuluhan Pertanian)

Penyuluh pertanian mengemban tugas yang mulia dalam membantu memberdayakan para petani. Seperti halnya guru yang memberikan pendidikan bagi peserta didik di bangku sekolah, para penyuluh juga turut andil mencerdaskan warga bangsa melalui penyuluhan. Bedanya pembelajaran oleh guru dilakukan sebelum peserta didik memasuki dunia kerja, sedangkan penyuluh melakukan pembelajaran terhadap petani yang sudah bekerja. Pendekatan pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi sasaran sebagai orang dewasa yaitu dengan pendekatan andragogi yang berusaha menghilangkan sekat antara guru dan murid. Penyuluh adalah teman ‘curhat’ yang senantiasa siap membantu mengatasi permasalahan usahatani yang dihadapi para petani.

Perbedaan lain adalah, jika para guru di sekolah dibatasi oleh mata pelajaran dalam penyampaikan keilmuannya, sedangkan para penyuluh di lapangan dihadapkan pada permasalahan yang lebih luas dan kompleks. Permasalahan yang dihadapi petani tidak hanya soal teknis budidaya tanaman saja, namun lebih luas dari itu seperti menyangkut penanganan pasca panen, pemasaran hasil, permodalan, sarana transportasi ke lahan usahatani, pengairan, mekanisasi pertanian, pengaruh iklim dan cuaca, dinamika kelompoktani dan lain-lain. Dalam hal teknis budidaya saja, terdapat aneka komoditas pertanian yang ada pada masyarakat pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman hutan, tanaman hias, tanaman obat, peternakan bahkan sampai dengan perikanan. Petani biasanya akan mengkonsultasikan permasalahan yang dihadapinya tersebut kepada para penyuluh untuk mendapatkan solusi, tanpa perlu mengkonfirmasi spesifikasi keilmuan apa yang dikuasai oleh penyuluh.

Sebagai manusia biasa yang dikaruniai keterbatasan ilmu, penyuluh tentunya tidak mungkin menguasai seluruh keilmuan disegala bidang dengan baik. Namun demikian permasalahan terkait dengan usahatani yang dihadapi petani merupakan “‘barang wajib” yang perlu dibantu dicarikan solusinya. Keadaan ini akan menjadi dilematis mengingat disatu sisi petani perlu dibantu, sementara disisi lain penyuluh mempunyai keterbatasan keilmuan untuk mengatasi masalah tersebut. Saat ini memang sudah tersedia aneka informasi yang dapat diakses dengan cukup mudah di internet yang dapat dijadikan rujukan. Hanya saja permasalahan spesifik lokalita tidak begitu saja dapat diatasi dengan informasi dari internet yang masih bersifat umum. Belum lagi keakuratan informasi yang disajikan harus benar benar teruji dari sumber yang kredibel, sehingga tidak terjadi “malpraktik” dalam penyuluhan yang bisa menjadi blunder bagi penyuluh itu sendiri. Undang-Undang No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengingatkan bahwa salah satu asas penyuluhan adalah bertanggunggugat.

Disinilah pentingnya penyuluh membangun jalinan yang luas dan kuat dengan berbagai pihak layaknya sebuah jejaring, baik dengan lembaga pemerintah, swasta, perbankan, akademisi, praktisi, maupun pihak terkait lainnya. Jejaring inilah nanti yang akan berfungi membantu penyuluh dalam mengatasi permasalahan petani sesuai bidangnya. Dalam hal ini penyuluh berperan sebagai fasililitator yang memfasilitasi proses pemecahan masalah dan pembelajaran bagi petani. Metode seperti ini akan membantu meringankan beban kerja penyuluh dan menimbulkan kepercayaan yang tinggi dari sasaran karena penanganan masalah dilakukan oleh ahli dibidangnya. Namun sayangnya, metode seperti ini belum banyak diterapkan oleh para penyuluh pertanian sehingga terkesan memiliki kemampuan mengatasi semua masalah petani secara mandiri.

Membangun jejaring dengan banyak pihak dalam jangka panjang memang tidaklah mudah. Diperlukan kemampuan komunikasi yang mumpuni untuk dapat meyakinkan pihak lain agar mau memberikan bantuan kapanpun bila diperlukan. Untuk itu jalinan yang dibangun harus bersifat “simbiosis mutualisme” dimana penyuluhpun bila dimintai bantuan oleh pihak lain harus dapat memberikan bantuan sesuai kemampuan keilmuan yang dimiliknya. Jadi hubungan saling menguntungkan tersebut tidak hanya diartikan sebatas jasa dibalas dengan uang semata.

Model penyuluhan yang sinergis dengan semua pihak yang terkait mesti dan harus dikembangkan kedepan, mengingat permasalahan yang dihadapi petani sangat beragam. Berbekal kemampuan teknis budidaya dan komunikasi, penyuluh sebenarnya sudah dapat menunaikan tugasnya dengan baik, selebihnya untuk mengatasi aneka persoalan terkait usahatani bisa meminta bantuan pihak lain yang lebih berkompeten. Karena susksesnya pembangunan pertanian serta meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan petani tentunya bukan hanya tugas dan tanggungjawab pemerintah saja, namun merupakan tanggungjawab bersama komponen bangsa.

Menjadi penting, pada akhirnya penyuluh dituntut lebih kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang program penyuluhan yang dijalankan.  Keberadaan teknologi harus mampu menjadikan penyuluh pertanian menjadi bagian dari ekosistem pembangunan pertanian yang lebih efektif. Penyuluh pertanian harus melakukan simbiosis mutualisme dan berjejaring untuk dapat lebih efektif menyelesaikan permasalahan pembangunan pertanian di Indonesia, khususnya wilayah pedesaan.